Diceritakan
ada suatu keluarga sedang menonton salah satu seri dari film Star Trek.
Setelah lama mengamati si anak lalu bertanya:
“Ayah, mengapa di film ini tidak diceritakan kehidupan beragama, seperti adanya adegan doa atau yang lainnya?”
Ayahnya menjawab:
“Karena film ini terjadi di masa depan”
Star
Trek memang hanya sebuah film berlatar fiksi ilmiah. Penggarapannya
yang apik membuat film ini banyak disukai orang. Bahkan kini ada istilah
fisika Star Trek atau juga bahasa Klingon yang diambil atau diinspirasi
dari film Star Trek.
Saya bukan ahli ramal dan belum pernah nganjang ka pageto
(bertamu ke masa depan). Kita hanya bisa membuat prediksi berdasarkan
kondisi-kondisi kekinian yang bisa jadi prediksi tersebut benar atau
juga salah.
Membayangkan
kehidupan beragama yang kandas di masa depan seperti dalam film Star
Trek adalah sah-sah saja. Bukan pula suatu bentuk kecemasan. Bisa jadi
akan membuka peluang menghadirkan pemahaman agama dalam perspektif
modern, sambil mengingat pengaruh opini yang sekarang datang dari
segenap penjuru.
Para pemikir dunia sudah lama mengkaji masalah ini, Bertrand Russell, dalam salah satu kesimpulan di bukunya Religion and Science,
menyatakan bahwa agama kini tidak lagi mempunyai pengaruh sebesar
beberapa abad lalu. Russell menyatakan bahwa doktrin agama yang dulu
dianggap sebagai kebenaran mutlak, yang mesti dipercaya apa adanya,
seiring dengan perkembangan sains, sekarang menjadi tidak esensial lagi.
Banyak
fenomena alam yang dulu dijawab oleh agama secara absurd, kini fenomena
tersebut bisa dijelaskan oleh sains secara lebih detil. Dulu segala
sesuatu yang tidak dijangkau oleh pengetahuan manusia, selalu
disandarkan jawabannya pada doktrin-doktrin agama, kini sainslah yang
menjadi panglima. Walau masih terbatas, sains terus berkembang untuk
memenuhi kehausan hasrat manusia akan pengetahuan melalui aneka tanya.
Selain
itu, agama di samping dianggap tidak kompatibel dengan sains masa kini,
tak jarang dituding sebagai biang onar. AN. Wilson-seorang ilmuwan
sekuler–dalam buku Against Religion: Why We Should Try to Live without It
menulis “(Karl) Mark menggambarkan bahwa agama adalah candu rakyat,
tetapi sesungguhnya agama jauh lebih berbahaya dari candu. Agama tidak
membuat orang tertidur. Agama mendorong manusia saling menganiaya di
antara sesamanya, untuk mengagungkan perasaan dan pendapat mereka
sendiri atas perasaan dan pendapat orang lain, untuk mengklaim diri
mereka sendiri sebagai pemilik kebenaran.”
Bagi
orang beragama, tentu saja pendapat ini sangat berlebihan. Sisi
baiknya, kita bisa menjadikannya alat koreksi atau instrospeksi bagi
kita yang beragama. Sudah benarkah perilaku beragama kita? Sudahkah kita
kaum beragama menjadi rakhmat bagi semesta atau baru sebatas rakhmat
bagi kelompok atau diri sendiri saja?
Sekali
lagi, kritikan ini bisa jadi alat bagi kita untuk merenung, benarkah
asumsi-asumsi mereka itu? Sebelum ajal menjemput masih ada waktu untuk
melakukan koreksi diri dan perbaikan diri.
Jadi, seperti apa agama yang akan eksis di masa depan? Agama masa depan adalah agama yang mampu menjadi pemecah masalah (problem solver) bukan pembuat masalah (problem maker).
Agama masa depan adalah agama yang menentramkan bukan yang
menggelisahkan. Agama masa depan adalah agama yang menghadirkan
kenyamanan bukan yang menimbulkan konflik.
Agama
masa depan adalah agama yang sudah melucuti dirinya dari anasir-anasir
kekerasan, diskriminasi, dan kebencian. Agama masa depan adalah agama
yang menumbuhkan sikap saling menghormati, menghargai, dan toleransi
dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah
manusia telah mencatat bahwa konsep tuhan datang dan pergi, ajaran
agama juga datang dan pergi. Kita bisa mengamatinya secara jelas tanpa
perlu alat bantu apapun. Lihatlah, manusianya tetap, kita-kita ini.
Agama ada untuk melayani manusia bukan manusia ada untuk melayani agama.
Dengan
sangat menyesal, agama yang tidak mengikuti perkembangan kemajuan
budaya manusia akan secara perlahan dikirim ke museum, kemudian jadi
pajangan yang hanya bisa dilihat dan dinikmati keantikannya, tanpa bisa
dipegang apalagi dipeluk.
sumber:http://filsafat.kompasiana.com/2012/08/30/masa-depan-agama-dan-agama-masa-depan-483048.html
Tidak ada komentar :
Posting Komentar