Rabu, 29 April 2015

Abad Ke-15 sebagai Abad Kebangkitan Islam

Umat Islam pada masa lalu pernah berjaya, bahkan kekuasaan Islam begitu luas setelah berhasil menaklukkan sebagian wilayah di dunia. Pengaruh dan kekuasaan Islam pada masa itu berhasil masuk ke wilayah Asia, Afrika, bahkan Eropa. Tentunya dalam hal ini, pengaruh Islam masuk ke wilayah-wilayah tersebut dalam rangka menegakkan agama Islam dan menunjukkan bahwa Allahlah satu-satunya Tuhan yang pantas disembah –bukan untuk alasan yang lain. Hanum Salsabila Rais dalam bukunya yang berjudul 99 Cahaya di langit Eropa sangat jelas menggambarkan betapa hebatnya masa keemasan Islam di Eropa yang dibuktikan dengan peninggalan berupa bangunan bersejarah. Seorang ilmuan Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone pernah mengatakan bahwa dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa yang dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun lamanya baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang berarti. Hal ini berlaku pada seluruh bangsa dan umat –tak terkecuali selain dari umat Islam– sebab Muhammad saw. sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain.


Dari kisah masa lalu yang begitu membanggakan, ternyata Al Quran telah menjelaskan ciri-ciri kebangkitan umat Islam. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur: 55).

Dalam ayat tersebut, Allah menyebutkan empat ciri kebangkitan umat Islam. Pertama, menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Ibnu katsir dalam tafsirnya mengatakan bahwa ini merupakan janji Allah kepada Rasul-Nya bahwa Dia akan menjadikan umat ini sebagai khalifah di muka bumi, yaitu menjadi pemimpin umat manusia dan penguasa manusia. Kedua, meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya (Allah) untuk mereka. Setelah suatu wilayah dapat dikuasai oleh umat Islam, maka dengan begitu dalam penyebaran ajaran Islam dapat terealisasi, karena agama Islamlah satu-satunya agama yang diridai Allah. Ketiga, Dia benar-benar akan menukarkan (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Artinya, ketika ajaran Islam dapat merasuk di dalam diri umat, maka rasa aman dan kenyamananlah yang akan mereka peroleh. Keempat, mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Karena kesyirikan merupakan dosa paling besar, bahkan tidak ada ampunan lagi bagi yang melakukannya. Maka, umat Islam wajib beribadah hanya untuk memperoleh rida dari Allah.

Kondisi Umat Islam pada Hari Ini
Jika ciri-ciri kebangkitan Islam di atas dikontekskan dengan kekinian, ternyata masih jauh atau bisa dikatakan “jauh panggang dari api”. Potret umat Islam pada hari ini sudah pernah digambarkan oleh Rasulullah saw. Ketika itu, para sahabat sedang menanyakan keadaan umat Islam di kemudian hari. Rasulullah pernah mengatakan bahwa kondisi umat Islam diibaratkan makanan di atas meja yang dikeroyok oleh orang-orang yang lapar. Islam memang memiliki daya tarik tersendiri, memiliki panduan yang jelas, bahkan tidak dimiliki oleh agama lain. Maka dari itu, orang-orang di luar Islam pasti akan berusaha menjatuhkan Islam, sehingga Islam tidak lagi berkembang dan terkesan agama yang “usang”.

Dari Tsauban RA. (mantan budak Rasulullah saw.), dia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Hampir-hampir umat-umat kafir saling menyeru untuk menyerang kalian dari segenap penjuru, sebagaimana orang-orang (yang lapar) sedang mengerumuni hidangan makanan.” Dia (Tsauban RA.) berkata, kami (para sahabat) bertanya , “Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu kami sedikit?” Jawab Nabi saw, ” Tidak, bahkan pada waktu itu kalian berjumlah banyak, akan tetapi kalian seperti buih (banjir). Dan sungguh Allah akan mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan sungguh Allah akan mencampakkan al-wahn ke dalam hati-hati kalian.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah , apakah itu al-wahn?” Nabi saw menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Al- AlBaani)

Berdasarkan hadis di atas, sudah sangat jelas bahwa umat Islam sekarang ini sedang dikepung oleh berbagai kelompok maupun aliran. Menurut Zaini Munir dalam suatu ceramahnya di aula Madrasah Muallimin Yogyakarta menyebutkan lima kelompok yang perlu diwaspadai. Kelima kelompok atau aliran tersebut adalah zionis, imperialis, misionaris, orientalis, dan kapitalis. Bahkan mungkin di luar lima kelompok tersebut masih banyak kelompok-kelompok yang lain yang menginginkan Islam tidak berkembang dan selalu stagnan, bahkan kalau bisa mengalami kemunduran. 

Kita tilik kelompok imperialis atau biasa disebut dengan penjajahan. Penjajahan dalam era modern ini bukan lagi berupa menjajah suatu wilayah, kemudian menguras habis kekayaan bangsa yang dijajah, melainkan menjajah dalam bentuk lain (new imperialism), penjajahan ini bersifat halus, tanpa disadari, dan berdampak pada tingkat kemunduran suatu bangsa karena ketergantungan dengan bangsa lain. Kelompok ini menipu umat Islam dengan menebarkan paham, seperti menegakkan demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), serta memerangi terorisme. Padahal jika kita mau mengkaji Al Quran, Islam lebih dulu memahami paham-paham di atas namun dengan istilah yang berbeda. Sebaliknya, konsep yang ditawarkan oleh kelompok imperialis dengan segala kekuatan yang dimilikinya, seringkali melakukan sikap paradoksal. Seperti halnya pada perang Israel-Palestina, sudah jelas-jelas yang melanggar adalah “siapa”, tapi tidak juga diselesaikan namun malah membela Israel dan menutup mata perihal korban yang datang dari Plestina. Selanjutnya, ketika mengatakan memerangi terorisme, justru kelompok ini menjadi terorisme sendiri seperti peribahasa maling teriak maling.

Kemudian kelompok misionaris dan orientalis merusak hal-hal yang bersifat keimanan kita kepada Allah. Kelompok misionaris sekarang ini sudah tidak malu-malu lagi untuk menyebarkan agamanya di berbagai daerah. Mereka “mengiming-imingi” umat Islam yang “awam” tentang pemahaman agama Islam untuk berpindah ke agama Katolik demi memperoleh “sesuap nasi”. Sedangkan kelompok orientalis berperan dalam merusak akidah umat Islam, seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok “liberalisme” dalam beragama. Sejauh ini, saya tidak mempersoalkan konsep liberal selama liberal itu tidak mencederai akidah dan keimanan seseorang kepada Allah. Namun, apa yang mereka praktikkan sungguh tidak bisa ditolerir lagi. Mereka menganggap bahwa semua agama kedudukannya sama serta akan sama-sama masuk surga. Liberalisme yang kebabalasan seperti ini perlu diwaspadai, jangan sampai dengan beranggapan sudah membaca bacaan teori orang kafir merasa sudah paham dalam beragama Islam, padahal mengkaji ilmu agama Islam masih jarang. 

Kelompok yang terakhir adalah kelompok kapitalis atau biasa disebut kelompok yang memiliki modal. Kelompok ini menawarkan empat F (4F), yaitu Fun (kesenangan), Food (makanan), Fashion (Pakaian), dan Film. Disadari atau tidak, keempat hal tersebut menjadi hal yang selalu digemari oleh sebagian besar umat Islam di belahan bumi manapun. Kelompok kapitalis selalu memanfaatkan kondisi ini dan berusaha memengaruhi konsumennya untuk “tunduk” kepada apa yang diinginkan pemodal. Konsumen selalu digiring menuju hal-hal yang kurang baik dengan memasukkan paham dari kelompok-kelompok lain. Acara ajang Miss World yang digelar di Indonesia baru-baru ini juga ada indikasi sebuah hegemoni kapitalis yang masuk dengan berkedok pelestarian budaya.

Apa yang Harus Umat Islam Lakukan?
Sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad saw. dari kota Mekah ke kota Madinah, yaitu 1435 tahun silam. Kini telah memasuki abad ke-15 pascahijrah tersebut. Jika dihitung-hitung kita telah memasuki tahun ke-35 dalam abad ke-15. Pada beberapa tahun ke belakang ini, umat Islam benar-benar dibuat tidak berdaya oleh serbuan kelompok di luar Islam, mulai dari tuduhan Islam sebagai agama teroris sampai kepada perpecahan umat Islam di berbagai negara. Sejarah manis yang telah ditorehkan oleh zaman sahabat patut diteladani, kemudian mengupayakan untuk mengembalikan Islam sesuai dengan tempat semestinya. Melihat fenomena umat Islam hari ini, pantang untuk menyerah. 

Tidak ada satupun ayat maupun seruan nabi untuk menyerah dengan keadaan. Sikap optimis harus selalu menjadi kebiasaan kita. Dalam Al Quran telah memberikan tips atau resep untuk mengembalikan kejayaan Islam yang sempat hilang. “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al Fath: 29)

Dalam ayat di atas, pertama, Allah memerintahkan kepada kita untuk keras dan tegas dalam menghadapi dan melawan orang-orang kafir dalam urusan-urusan yang dapat merusak akidah dan kepentingan umat Islam. Sebaliknya, ketika di luar akidah dan ibadah, kita justru diharuskan untuk saling berkerja sama dan tolong-menolong dengan orang kafir sebagai bentuk menciptakan hubungan baik dengan sesama makhluk Allah. Kedua, kita juga dituntut untuk saling menyayangi sesama umat Islam sebagaimana firman Allah surat Al Anfal ayat 73 sekaligus menjadi perenungan kita bersama, “Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.”

Ketiga, ahli rukuk dan sujud. Ini dimaksudkan bahwa umat Islam harus senantiasa menjadikan ibadah sebagai sebuah kebutuhan bukan lagi untuk menggugurkan sebuah kewajiban semata. Rukuk dan sujud tersebut representasi dari ibadah salat, baik itu yang bersifat wajib maupun sunah. Ketika umat Islam salatnya baik, maka akan terjaga dari perbuatan keji dan munkar sebagaimana fungsi salat. Keempat, hidupnya hanya untuk mencari karunia dan rida Allah. Karena sebagaimana surat Al An’am ayat 162 yang berbunyi,  “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”. Jadi segala tindak-tanduk kita hanya ditujukan kepada Allah taala, bukan untuk yang lain, seperti ingin memperoleh sanjungan dari orang lain, atasan, dosen, pejabat, apalagi dengan orang yang bukan seiman. Kelima, tawaduk dan khusyuk. Seseorang dalam beriman tentu tidak lengkap jika tidak diiringi dengan akhlak yang mencerminkan sifat Rasulullah. Seseorang dinilai orang lain dari segi akhlaknya, namun bukan sifat kepura-puraan. Sifat tawaduk dan khusyuk ini yang membawa manusia dapat berinteraksi dengan Allah dan sesama makhluk secara baik.

Kelima tips itulah yang menjadikan umat Islam mampu berjaya kembali. Minimal dimulai dari yang kecil, dilakukan dari sekarang, serta mulai dari diri sendiri, kemudian ditularkan kepada keluarga, lingkungan sekitar, dan tidak menutup kemungkinan seluruh umat Islam di penjuru dunia mampu melaksanakan sikap-sikap tersebut. Untuk hasilnya seperti apa, maka itu bukan lagi urusan kita. Selanjutnya, kita pasrahkan kepada Allah swt. 

sumber:http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/05/abad-ke-15-sebagai-abad-kebangkitan-islam-refleksi-menyambut-tahun-baru-1435-h-606892.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar