Ras Dan Negara Bangsa
Suatu ras
besar yang dijajah oleh ras Melayu di dalam negara kesatuan Indonesia adalah
ras Melanesia (Papua, Timor dan Maluku). Penjajahan dapat berbentuk penjajahan
politik, ekono-mi dan sosial-budaya. Di dalam proses nation building
(pemban-gunan bangsa) rakyat Melanesia selalu didiskriminasikan oleh rakyat
Melayu (Indonesia). Latarbelakang ras Melanesia di dalam nation building adalah
berbeda dengan ras Melayu. Indo-nesian nation building tak pernah akan berhasil
jika perbedaan persepsi kedua ras ini tidak pernah didiskusikan untuk
disatu-kan. Mendiskusikan perbedaan persepsi tidak boleh sekaligus dicap
sebagai usaha separatisme berdasarkan rasisme. Di sini kita mendiskusikan
separatisme yang bertujuan egalitas. Adanya perbedaan persepsi timbullah situasi
Melayu versus Melanesia. Perbedaan persepsi bisa saja hanya berada pada tingkat
perbedaan budaya. Tapi, justru status quo yang muncul di Indonesia adalah
Melayu versus Melanesia. Mendiskusikan perbedaan bertu-juan membangun dasar
egalitas. Untuk itu, semoga "Melayu versus Melanesia" dapat berubah
menjadi "Melayu dan Melanesia".
Kemerdekaan
Kemerdekaan
yang di perjuangkan, bukan -hanya- bertujuan memperoleh kemerdekaan politik di
luar negara kesatuan Indone-sia. Tapi, suatu kemerdekaan di mana rakyat
Melanesia tidak menggantungkan nasibnya pada jaminan sosial yang dijanjikan
atau pun diberikan pemerintah yang didominasi oleh ras Melayu. Atau kemerdekaan
yang berarti rakyat Melanesia tidak dijajah (ditindas) secara ekonomi oleh ras
Melayu. Untuk mencapai kemerdekaan politik, kita harus melalui proses
pembangunan sosial-ekonomi. Ekonomi rakyat harus menjadi kuat. Ini adalah dasar
untuk mencapai partisipasi rakyat Melanesia di dalam decission making process
(proses pengambilan kebijaksanaan). Tujuan akhir dari perjuangan rakyat
Melanesia adalah kemerde-kaan politik di mana Papua Barat, Maluku dan Timor
masing-masing harus merdeka di luar Indonesia. Namun, untuk mencapai hal
tersebut perjuangan harus diarahkan pada bidang pembangu-nan ekonomi (economic
development) dan pembangunan manusia (human development). Ini adalah dasar bagi
perjuangan untuk mencapai kemerdekaan politik di luar Indonesia.
Self-development
(membangun diri sendiri)
Rakyat
Melanesia harus sanggup membangun dirinya sendiri menjadi rakyat yang kuat untuk
menguasai kekayaan alam (natu-ral resource)nya sendiri. Kita harus mengakui,
bahwa rakyat Melanesia di Indonesia masih sangat lemah dalam berbagai sektor
pembangunan. Maka itu mereka masih bisa dijajah dengan gampang. Tapi ini justru
merupakan dasar untuk memberontak melawan penjajah. Semakin rakyat ditindas
semakin dia member-ontak. Seekor ulat yang teriris pun masih dapat menggeliat. Pemberontakan
dapat dilakukan melalui proses self-development(membangun diri sendiri dengan
kekuatan sendiri). Modal dasartelah ada. Rakyat Melanesia telah memiliki
sekelompok kecil kaum intelek, mahasiswa, petani dan nelayan. Tanah yang
luas,umpamanya di Papua Barat, dapat diolah menjadi tanah ekonomis. Setelah rakyat
Melanesia berada pada posisi ikut berpartisipasi di dalam setiap pengambilan
kebijaksanaan, maka di sana rakyat Melanesia dapat melakukan penawaran
(bargaining/onder-handeling)
Kendala sosial
Budaya
Melanesia yang mengutamakan kepentingan kolektif masih merupakan faktor
kendala. Beberapa individu yang berambisi untuk ikut berpartisipasi di dalam
dunia bisnis ekonomi meng-hadapi realitas interen yang keras. Seorang kaya
berwajib memberikan derma atau sumbangan kepada sesamanya. Hal ini masih
kelihatan sangat kuat di dalam budaya Melanesia. Seorang Melanesia yang kaya
masih harus belajar untuk melakukan perhi-tungan ekonomi sehingga tidak gampang
mengalami resesi di dalam menghadapi tanggungjawab sosial sebagai tantangan
yang diarahkan kepadanya oleh masyarakan Melanesia sekitarnya. Di sini kita
harus belajar untuk memberikan dukungan kepada setiap individu yang
berkemampuan untuk terjun ke dalam dunia bisnis ekonomi. Bukan berarti kita
ikut mengembangkan individualisme tapi justru ikut membangun, secara tidak
langsung,beni kekuatan rakyat (kolektif) yang kita dambakan. Kita mendambakan
adanya kekuatan rakyat Melanesia melawan dominasi atau penjajahan Indonesia.
Untuk mencapai hal tersebut, ada dua hal yang dapat dilakukan. Mendukung usaha
individu (individual economic business) dan kedua, membangun usaha kolektif
(collective
economic business).
Forum
Melanesia di Indonesia Kerjasama antara berbagai kelompok Melanesia (Papua,
Maluku dan Timor) di luarnegeri telah dibangun. Ketiga kelompok ini di dalam
forum-forum internasional selalu saling bertemu dan saling mendukung. Namun,
faktor yang mendasar adalah kekuatan rakyat di negeri masing-masing. Aktivitas
perlawanan harus dilakukan secara permanen di negeri masing-masing
(Maluku,Timor dan Papua Barat). Untuk menjaring kerjasama antara kelompok
bangsa Melanesia di Indonesia, suatu forum harus dibentuk. Saya beri nama:
*Forum Melanesia di Indonesia / FMdI (Melanesian Forum in Indonesia /MFiI).
Forum ini harus dibentuk secara legal untuk mendiskusi-kan berbagai masalah
yang dihadapi oleh bangsa Melanesia di Indonesia.
Solidaritas
Di Indonesia
bukan saja ras Melanesia yang dijajah, tapi di sana terdapat juga bentuk
penjajahan berdasarkan sukuisme (tribalism), umpamanya suku Jawa mendominasi
atau menjajah suku yang lain. Selain itu terdapat bentuk penjajahan kelas, umpamanya
Jawa kelas atas menjajah Jawa kelas bawah. Singkat-nya, di Indonesia terdapat
satu masyarakat yang tertindas. Untuk membangun kekuatan rakyat Melanesia,
perlu sekali kita mendukung perjuangan masyarakat tertindas di Indonesia. Di samping
itu, kita mengenal perjuangan rakyat Aceh untuk merde-ka di luar Indonesia. Ini
identik dengan perjuangan politik rakyat Melanesia di Indonesia. Sebagai bangsa
Melanesia yang terjajah tentu kita harus mendukung perjuangan kemerdekaan Aceh.
Lebih luas lagi, kita mengenal juga perjuangan bangsa pribumi di Kalimantan
(Borneo). Mereka ini juga harus menikmati dukungan kita. Singkatnya,
solidaritas kita terarah pada rakyat tertindas, rakyat Aceh dan bangsa pribumi
di Borneo.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar